33 Sajak Cinta Jarak Jauh Menggugah Jiwa

Hai sobat poemers kali ini kami menyajikan sajak-sajak cinta yang keren banget kata dan maknanya. Tema yang diambil ialah sajak cinta jarak jauh.So, buat kalian yang lagi kasmaran karena Cinta jarak jauh alias LDR bisa lihat dan resapi kumpulan sajak-sajak cinta dibawah ini...cekidot guys!

Sajak Cinta Jarak Jauh Menggugah Jiwa



Aku hilang
aku mempercayakanmu
akan beberapa kisah suram
tentang hidup yang kuperjuangkan
kejahilan atas nama masa remaja
di jalan-jalan absurd yang kulalui
pencarian diri, yang semu
aku tak pernah merasa ada disitu
di dunia orang yang berbahagia
hingga aku kau temukan
kau ada disitu,
menuntun manakala jalan menurun
menyediakan tangan manakala jalan terjal didepan
acapkali kutepis
wajahmu membeku
kemudian kau menghilang
atau tepatnya aku yang hilang
hingga kutau aku tak ada,
dimana tempat tanpa kau ada
--


Ujung jalan Ahmad Yani
kerapkali aku berdiri berlama-lama
di perempatan ujung jalan Ahmad Yani
seperti ada yang kucari
atau rasa yang ingin kuulangi
mungkin angin yang bertiup saat itu
masih menyimpan potongan kenangan
saat tanganmu mengusap
rambut basahku yang tertetes butiran hujan
ataukah angin yang sama
telah turut serta
mengantar kepergianmu ke negeri jauh
--


Suatu siang, di kaki Rinjani
Mari kita berjanji
kembali bertemu di Plawangan Sembalun,
duduk-duduk di tepian Segara Anak
bercengkrama dengan secangkir kopi
berdiskusi, menghabiskan hari
esok...
jika cuaca memungkinkan,
dengan menimbang jauhnya perjalanan
aku janji membawamu ke ujung hutan
bagiku,
mendaki bukan lagi gagah-gagahan
aku hanya ingin menunjukkan
pohon pinus dan langit biru di jalur Senaru
akan nampak lebih indah
bila bersamamu
--


Telepon kaleng susu
Aku disini,
memegang ujung tali
menelusuri
Kau disana,
memegang ujung satunya
mengawasi
regangkan!
usah berputar tak tentu
kau akan terlibat,
dan kita memang saling melibat
Rentangkan!
agar terdengar suara
maka kita bisa saling berbicara
--


Sajak untuk 'Dee, di kota Palembang
'Dee,
apakah kita pernah menikmati senja?
duduk di depan tenda
menjerang air
dan membuat kopi bersama.
'Dee,
apakah kita pernah menikmati kabut?
duduk berselimut
menyalakan unggun
dan berbagi hangat berdua.
'Dee,
aku ingin merasakannya
bukankah kau bilang, ingin juga menikmatinya
ada di depan tenda saat senja berkabut
memasak, mendirikan unggun dan menyeduh kopi
berdua saja.
namun yang 'ku takut, ketika tiba waktu bersua,
kita tak lagi bersama
--


Kota kita yang tak sama
kemarin itu aku seperti melihatmu
dengan jaket hitam yang tak pernah kau kancing
berjalan merunduk menghindari angin
aku ingat
kita pernah tersaruk-saruk
berjalan memutar karna menghindari badai
langkahku selalu tertinggal
dan dengan sabar kau pendekkan langkah
menunggu
kemarin itu aku seperti melihatmu
dengan jaket hitam yang tak pernah kau kancing
berjalan merunduk menghindari angin
ataukah itu seabad yang lalu
saat kita di kota yang sama.
--


Slide kenangan
bukankah kubilang, aku selalu merindu?
pada harum tubuh
cerita lucu,
dan renyah suaramu
aku selalu menyimpan
potongan kecil semua kenangan
untuk kuputar berulang-ulang
hingga kau kembali datang
--

Daun akasia yang bercerita
sore itu di lapangan Saburai
di bawah pohon rindang
yang berangin kencang
daun akasia berguguran
aku memulungnya satu
memasukkannya di sakumu
kau bertanya
tak mengerti kelakuanku
kau bilang aku kekanakkan
pagi tadi
daun akasia itu
kau letakkan di tengah buku catatan
kau mendengarkan
daun akasia yang bercerita
cerita tentang kita
di atas kereta yang mulai meninggalkan kota
---

Sebuah pesan rindu 
hamparan kebun berhumus
di kaki gunung Dempo
yang tak henti berkabut
kau mengirim pesan
pesan yang tersasar
di ramainya pasar
kau bilang titip rindu
tapi bukan rindu padaku
kau rindu bisingnya jalanan
dan riuh kendaraan
juga pada burung-burung gereja
yang berlompatan di padatnya atap rumah
dan kubilang
kau menderita rindu yang lucu
sebetulnya kau hanya rindu
karna aku tak ada disitu
--


Tunggu aku
kau duduk di bangku itu, pojok rumahku
bertanya apakah kau boleh tinggal
sebab sepuluh jam lagi
aku harus di bandara
aku menolak
karna hatiku sesak
sepuluh jam ini
aku ingin sendiri
aku tak ingin berada ditempat yang kau tak ada
tapi keadaan mengusirku pergi
usah kita tangisi
dua puluh empat purnama lagi
aku akan kembali
--
*Source: LilArini