100+ Kumpulan Sajak Cinta Pendek Ungkapan Perasaan Hati

Sajak merupakan bagian dari tempat untuk ekspresikan diri dan jiwa dalam bentuk untaian kata-kata penuh makna mendalam. Sajak Cinta adalah bagian dari ungkapa rasa cinta didalam hati akan suatu momen yang dirasakan selama hidup. Beruntunglah jika kita masih bisa merasakan cinta, itu tandanya kita masih diberikan sense kehidupan...

Hari untuk ‘Ara
mari kita namai setiap hari
sesuai nama kita saja
hari ini hari Hugo
esok adalah hariku, hari Ara
jadi satu minggu hanya ada harimu dan hariku saja
kau tertawa,
kau bilang
sudah satu tahun ini
nama hari di kalendermu selalu sama
'Hari untuk Ara'
--


Catatan kecil
untukmu
yang menyediakan diri bersamaku
berjalanlah diam-diam disisiku
berbisiklah pelan-pelan di telingaku
angin, hujan, badai sekalipun
usah lepaskan genggamanku
--


Abadi
kau tau?
hari itu aku menangis
seperti anak kecil yang kehilangan
usai mengantarmu ke pemakaman
--


Awal
Perjalanan ini kita awali
dengan sebuah canda
lalu kita saling bertukar rasa
jangan ucap janji semata
sebab kita hanya perlu memeriksa
apakah lukaku dan lukamu sama
hingga kita bisa saling membalutnya.
--


Hujan sore itu
aku rindu berbicara berulang-ulang
tentang hujan sore itu
hujan yang membuatmu berkesah
sebab menjadikan sepatumu basah
aku suka melihatmu dalam hujan
rambut ikalmu, kuyup
dan bibir membiru
lantas kita berebut masuk ke teras rumah;
sepatu basah membuatmu terjerembab
kau tertawa; aku tertawan
---


Musim salju itu
kita membeku,
di perputaran waktu
berpura amnesia
dan melupakan segala
sapa, canda
juga rasa,
Apakah dulu, kita pernah ada?
--

Antagonis
Sepertinya dia mengutukku,
menjadi seorang antagonis
maka kumainkan peran itu
di benaknya sebaik kubisa
Apa yang kupunya adalah hari ini
maka izinkan aku menjadi egois
jadilah milikku sehari saja
sebab esok, kau kembali bersamanya
--


Subjek
Rindu ini,
seperti tak bersubjek
apakah kau pernah ada?
sebab seperti
ada yang tertinggal,
menggenang di sudut mata
---

Tentang Hujan
Teritis hujan di atap bergenting merah
begonia tertawa
dedaunan merah bercanda
ranting kayu bergembira
dua pasang sandal tersisa
termenung di sudut beranda
aku luka
kau tiada

--
Tentang Gerimis
gerimis di sore hari lebih indah lagi
meski matahari bersembunyi
burung-burung tak henti bernyanyi
seraya berlompatan kian kemari
aku berjalan berhati-hati
sendiri...
genangan-genangan telah terlewati
dan kenangan-kenangan menghampiri
--


Sajak yang tak selesai
seperti sajakku yang tak pernah selesai
sebab memang aku tak ingin usai
aku masih ingin mengetik
barisan kalimat-kalimat sendu
yang kualamatkan untukmu
sebab kuingin kau tahu
rinduku tak pernah mengenal waktu
--


Kabar cuaca
cuaca tak pernah lagi berkabar padaku
apakah musim gugur
ataukah sudah musim salju
hingga aku ragu
dingin ini,
karna cuaca
atau kau yang tiada?
--


Kecup ragu
Kau misuh-misuh...
menuduhku 'tlah jemu
padahal aku pun menahan rindu
agar kita tak saling berselingkuh
Sini, duduk dulu...
jangan bersuara gaduh
kecup saja usah ragu
kita seduh semua rindu
--


Barista di kafe ujung
Sudut kiri, di bangku biru
diantara keharuman robusta yang menguar lembut
aku duduk mengawasimu
orang-orang berlalu lalang
aku tak melepas pandang
sebab aku khawatir
jangan-jangan kau membubuhkan sesendok candu
setiap kali meracik kopi pesananku
kau tahu?
akhir-akhir ini aku merindu
entah kafein atau senyum itu?
--


Kursi bambu panjang
Kau ingat?
kali pertama kita bersua
kursi bambu panjang di bawah atap
kita melanjutkan cerita
tapi aku tak dapat mengingat
apa yang kita perbincangkan
apakah tentang udara
atau isi berita?
di saat kau berbisik,
hatiku memekik,
aku suka!
--


Pagi di Semeru
Pagi ini di ceruk lembah Ranu Kumbolo
kelopak daisy menggigil
menyuruk runduk di sela gelagah;
menunggu peri air menata bulir-bulir embun,
rerumputan masih erat berpelukan
berbagi hangat dengan jembalang hutan
dan kau disitu,
berdiri
di peluk kabut; udara meremang
kau tabur senyum; matahari terjaga; aku terpana
--


Edelweiss 
akan kubawa kau ketempat
dimana edelweiss menghampar
batangnya yang putih keabuan
tumbuh berkejaran diantara bebatuan
dari literatur yang kutemukan
mereka bilang edelweiss si bunga abadi
namun dilindungi
tak bisa kau petik dan kau koleksi
andai saja kau tahu
edelweiss yang tumbuh di hatiku
jauh lebih abadi
dan boleh kau petik berkali-kali
--


Cerita bersama kupu-kupu
kupu-kupu yang mengecup bunga kesayangannya
dengan berhati-hati
agar tak melukai
dan bunga-bunga yang riang
tertawa senang kala sang kupu datang
pada setiap musim berbunga
mereka bercanda ria
menari bersama
putik sari memecah beterbangan di udara
jembalang hutan memanen dengan suka cita
setiap pagi
kita duduk berdua menyaksikannya
serbuk peri yang mereka taburkan
di atas kepala kita
---


Pilihan Hati
Sayang,
dengan cara bagaimana aku meyakinkanmu?
aku akan berhenti bertualang
menggantung ransel usang,
menyimpan sepatu trekking
dan sleeping bag pun telah aku packing
kala malam menjelang
dingin pasti menantang
namun seperti kubilang
aku pasti datang
karna aku sudah memilih berdiang
pada hatimu yang lapang
--

Jatuh tersiksa
Aku bisa saja jatuh cinta
pada subjek yang sama
untuk waktu yang lama
jemari lentikmu bercerita
aku jatuh cinta
geligimu berbaris rapi
aku jatuh cinta
matamu mengerling manja
aku jatuh cinta
harum tubuhmu menggoda
aku jatuh cinta
selama kau ada
sesungguhnya aku tersiksa
disiksa cinta yang tiada tara
--

Sakau
hatiku terasa berdebu
kurus kering akibat merindu
kuperiksa tanggalan di dinding
sialnya aku tak lagi tahu
ini senin atau rabu?
sudah berapa hari kita berpisah?
setahun?
sewindu?
atau sudah seabaad berlalu?
sebuah pesan masuk ke ponselku
kita akan bertemu satu jam kedepan
dan aku terserang demam
akibat menahan kerinduan
cepatlah!
bila kau tak datang dalam sejam
mungkin kau akan berziarah
pada makam
--

Candu
sudah jam sembilan
kau belum tampak
dan mataku berjalan
dari ruangan ke ruangan
jika kau tak datang
kerjaku tak selesai
sebab aku sudah mencandu
pada lekuk senyummu
yang diam-diam kau selundupkan
di bawah meja
saat kau menyerahkan arsip kerja
--

'Duh!'
'duh!
aku benar-benar rindu
getar ponsel berwarna abu
sebab hanya disitu
aku mendengar renyah suaramu
'duh!
aku benar-benar rindu
getar ponsel berwarna abu
sebab hanya disitu
aku bertemu cinta sejatiku
'duh!
duhai kau rindu
cepatlah kau menelefonku
--

Jadwal
senin dan rabu
kita bertemu
hanya satu jam
jadwal kita berdampingan
mana cukup?
rindu yang kusimpan Ini
tak kan habis sebulan
meski kita bertemu setiap jam
mungkin aku harus resign
dan melamar jadi asistenmu
agar bisa kudampingi setiap waktu
--
 
 

Sajak Cinta Sejati Sangat Menyentuh Hati



1. Untuk 'Kus yang 'tlah berpulang

'Kus,
sepagian ini aku termenung
teh sudah kuseduh tapi aku tak berniat menghirupnya
masih terlalu panas, ucapmu bersikeras

lantas kita berdebat
tentang tata cara meminum teh berikut dalilnya
apakah ketika masih panas, ataukah menunggu dingin sesaat 

masing-masing mempertahankan alasan 
tapi tak ada yang berniat untuk menang
karena kita hanya menyukai perdebatan
wajahmu yang selalu memerah ketika kuserang
dan bibirku yang tertekuk marah karna beradu argumen

kemudian kita tertawa
dan kau mengacak rambutku
menyentuh gemas hidungku; aku menghirup parfummu
menyimpan rapat di benakku

'Kus,
tehnya sudah kuseduh, bahkan sudah mendingin sejam yang lalu
namun aku tak berniat menghirupnya
sebab kau tak lagi ada,

'Kus...
aku mulai merindu, akan wangi parfummu


-- lil.arin21--
 
 
2 "Matane, El..."

“Maaf.. baru ini aku menjengukmu.”

Aku terjaga; membuka mata
sosokmu bersimpuh, 
terlihat lebih pucat dari terakhir kali aku melihat
matamu berkaca
dan aku tak kuasa

“Aku kangen, El..."
"Aku kangen candamu, aku kangen konyolmu, aku kangen bipolarmu..."

Sebutir air mata bergulir 
menimpa lenganku yang sedingin salju
ingin kuhapus tapi 'ku takut kau membeku

“Ah, maafkan  aku..."
“Aku pulang dulu, sampai kita bertemu..”
“Matane, El..” 

Kau beringsut berdiri 
berbalik memunggungiku
setelah mengusap kaku, bagian atas batu
menjauhi nisan tempat tidurku.

*matane: sampai berjumpa lagi - bahasa jepang*

-- lil.arin21--
 

3. Lagu patah

akhirnya ia menyerah pada lukanya
ketika kembali
dan mendapatkan dermaganya 
telah rapuh terhempas gelombang,
lengkaplah sudah menghitung lara
saat kesunyian dan kesepian adalah tembang

lalu hendak kemana akan diceritakannya
dongeng lelah sang camar
yang letih mengarungi samudra?

apakah terbang kembali memintas cakrawala
untuk kembali singgah pada dermaga usang
yang sudah menganggapnya 
sebagai tamu tak diundang?

padahal sayapnya tak mampu lagi dikepakkan
angin kencang dari benua mematahkan setiap rusuknya
ia tertusuk
namun belum siap untuk membusuk

--lil.arin21--
 

4 Febuari, hari kedua 

"Selamat ulang tahun!"

dan kusangkutkan sekuntum bunga ketinggian
pada dahan beranting merah
santigi gunung yang akan menyampaikan kata

"Selamat ulang tahun!"

dan kuteriakkan sebuah nama
pada kehijauan lembah Alun-alun Surya Kencana 
yang akan merayakannya

"Selamat ulang tahun!"

dan bertiup kabut pekat dari lereng ke puncak gunung
berhamburan menusukku dengan seribu jemari airnya
dingin menyiksa

"Selamat ulang tahun!"

dan,
abadilah dirimu di kawah itu...

--lil.arin21--


5. Masih Febuari di gunung Gede

dalam badai di lembah Surya Kencana
tenda berkibar tak kuasa
saat angin menampar
membuat kita terkapar
namun bukan oleh cinta 

sebab kebodohan dan ketidaktahuan 
kita sempurnakan dengan kesombongan
kemudian alam mengambil kuasa
membawa serta sahabat tercinta

kau jawablah tangis sang Ibunda
yang tersendat bertanya
kenapa buah hatinya 
tak ada lagi bersama kita

--lil.arin21--
 

6. Cerita yang tersangkut di tenggorokan

"Dit, bangunlah!"

dingin,
jangan tidur saja di batu itu
bantu kami menggulung tenda
badai ini tak akan mereda

"Dit, lekas bangun!"

dingin,
jangan tidur saja di batu itu
bantu kami menggulung tenda
angin tambah menggila 
kita harus lekas pindah

"Dit, bangunlah!"

jangan tidur saja 
kau dan batu itu telah sama dinginnya

jangan tidur saja
bantu kami menggulung tenda

jangan tidur saja 
kami harus membawa tubuhmu ke pelukan bunda

"Dit, tolong bangunlah!"

jangan tidur saja
bantu kami melewati mimpi ini

--lil.arin21--
 

7. Kisah dari buku harian

aku mulai menulis lagi
menulis sebuah kisah
yang diam-diam kucuri 
dari buku harianmu

tentang rasa kagummu pada seorang gadis
yang entah siapa namanya
atau mungkin ia tak bernama
lalu kau memanggilnya cinta

pada lembar kesekian
aku menemukan rencana perjalanan
kau dan cinta akan bertualang
Gede-Pangrango rute tujuan

kemudian ranselmu aku pinjam 
aku ingin menjadi sahabat keparat sekali waktu
rencanamu harus gagal atau jangan panggil aku empu
kau mengiyakan, bahkan menawarkan ajakan perjalanan
aku mengiyakan, bukankah itu tanggalmu bersama si cinta
 
8. Egois Cinta 

nama cinta itu 
mulai sering mengisi buku harianmu
tapi kurasa ia hantu
sebab tak pernah mau bertemu aku

awas nanti!
kulempar dia ke kawah itu
jika mencoba-coba merangkul dirimu
 
9. Ternyata Aku

sabtu sampai minggu
hanya kau dan aku

aku tersipu
cinta itu ternyata aku

--lil.arin21--
 

10. Kisah bandana merah

kenapa malam lebih indah ketika di lembah
dengan purnama yang lembut menyapa 

padahal aku pernah bersama purnama
di puluhan lembah-lembah
tapi entah mengapa
purnama kali ini berbeda

dengan agak repot kau merapikan
helai-helai rambut yang nakal menutupi wajah
aku menyodorkan bandana,
dan kau mengikatkannya 
aku tak pernah tahu 
bandana merah itu bisa terlihat berbeda
atau karna legam rambutmu 
menjadikan warnanya lebih indah

aku melirik,
bandana merah itu seperti mencibir
mengejekku karna ketidak-beranianku
untuk menyentuh rambutmu,

aku berbisik, pada bandana merah
adanya kau disitu, yang mengikat rambutnya
sudah menjadi penanda 
aku memilikinya

--lil.arin21--
 
11. Halte Xaverius, siang pukul satu

hujan...
dan aku membenci hujan,
dan aku membenci genangan,
dan aku membenci teritis air,
dan aku membenci aspal basah,
dan aku membenci dinginnya,
dan aku membenci hujan,
aku membenci hujan...

sebab,
aku merindu, 
aku merindu kaki kita menginjak genangan,
aku merindu tanganmu yang menaungi kepala,
aku merindu kita berhujan di aspal hitam,
aku merindu hangat jaketmu,
aku merindui dirimu,
saat kita terjebak hujan di halte itu...

--lil.arin21--