10 Puisi Cinta Romantis Penyair Ternama | Puisi Terbaik
Puisi adalah suatu bentuk dalam karya sastra yang berasal dari hasil
suatu perasaan yang di ungkapankan oleh penyair dengan bahasa yang
menggunakan irama, rima, matra, bait dan penyusunan lirik yang berisi
makna.Di dalam puisi juga berisi suatu ungkapan perasaan dan pikiran dari
penyair yang menggunakan imajinasinya. Kemudian ia berkonsentrasi untuk
menyusun puisi dengan kekuatan bahasa, bai secara fisik maupun batin.
Sebuah puisi biasanya mengutamakan akan bunyi, bentuk serta makna
yang terkandung untuk disampaikan. Keindahan pada puisi menjadi kualitas
estetika yang begitu indah.
Hal-hal membaca puisi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:- Ketepatan ekspresi/mimik
- Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
- Kejelasan artikulasi
- Timbre yaitu warna bunyi suara (bawaan) yang dimilikinya.
- Dinamik artinya keras lembut, tinggi rendahnya suara.
- Intonasi atau lagu suara.
- Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
- Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan sebagainya. Suara rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan sebagainya.
- Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Contoh Puisinya
Sajak Puisi
cinta romeo kepada juliet, si majnun qais kepada laila
belum apa-apa
temu-pisah kita lebih bermakna
dibanding temu-pisah yusuf dan zulaikha
rindu-dendam kita melebihi rindu dendam adam hawa
aku adalah ombak samuderamu
yang lari-datang bagimu
hujan yang berkilat dan berguruh mendungmu
Mustofa Bisri
cintaku kepadamu belum pernah ada contohnyacinta romeo kepada juliet, si majnun qais kepada laila
belum apa-apa
temu-pisah kita lebih bermakna
dibanding temu-pisah yusuf dan zulaikha
rindu-dendam kita melebihi rindu dendam adam hawa
aku adalah ombak samuderamu
yang lari-datang bagimu
hujan yang berkilat dan berguruh mendungmu
aku adalah wangi bungamu
luka berdarah-darah durimu
semilir sampai badai anginmu
luka berdarah-darah durimu
semilir sampai badai anginmu
aku adalah kicau burungmu
kabut puncak gunungmu
tuah tenungmu
kabut puncak gunungmu
tuah tenungmu
aku adalah titik-titik hurufmu
huruf-huruf katamu
kata-kata maknamu
huruf-huruf katamu
kata-kata maknamu
aku adalah sinar silau panas
dan bayang-bayang hangat mentarimu
bumi pasrah langitmu
dan bayang-bayang hangat mentarimu
bumi pasrah langitmu
aku adalah jasad ruhmu
fayakun kunmu
fayakun kunmu
aku adalah a-k-u
k-a-u
mu
k-a-u
mu
Dari Suatu Perpisahan
Ayatrohaedi
Terkadang ada baiknya kita berduka,
Agar terasa betapa gembira
Pada saatnya kita bersuka
Terkadang ada baiknya kita menangis,
Agar terasa betapa manis
Pada saatnya kita tertawa
Terkadang ada baiknya kita merana
Agar terasa betapa bahagia
Pada saatnya kita bahagia
Pada saatnya kita bersuka
Terkadang ada baiknya kita menangis,
Agar terasa betapa manis
Pada saatnya kita tertawa
Terkadang ada baiknya kita merana
Agar terasa betapa bahagia
Pada saatnya kita bahagia
Dan jika sekarang kita berpisah
Itupun ada baiknya juga
Agar terasa betapa mesra
Jika pada saatnya nanti
Kita ditakdirkan bertemu lagi
Itupun ada baiknya juga
Agar terasa betapa mesra
Jika pada saatnya nanti
Kita ditakdirkan bertemu lagi
Rindu
ketika lelap terserak pada malam-malam tanpa
suara
kucari hadirmu lepas fajar hingga petang
tersendat tergeragap laksana petir tanpa gelegar
sementara waktu membenamkan segala harapan
Medy Loekito
apalah arti sebuah mimpiketika lelap terserak pada malam-malam tanpa
suara
kucari hadirmu lepas fajar hingga petang
tersendat tergeragap laksana petir tanpa gelegar
sementara waktu membenamkan segala harapan
dunia seperti kapal yang karam
terjerembab pada kedalaman tanpa batas
tiada yang lebih pasti daripada gelap
tatkala bulan kehilangan cahaya
dan halilintar kehilangan kilatnya
adakah yang lebih berduka selain hati yang rindu
betapa ingin kulihat wajahmu
pada kesia-siaan yang akrab denganku kini
terjerembab pada kedalaman tanpa batas
tiada yang lebih pasti daripada gelap
tatkala bulan kehilangan cahaya
dan halilintar kehilangan kilatnya
adakah yang lebih berduka selain hati yang rindu
betapa ingin kulihat wajahmu
pada kesia-siaan yang akrab denganku kini
Mawar Terjauh
Nirwan Dewanto
Kau benih hujan pagi hari,
aku payung yang lama iri.
aku payung yang lama iri.
Kau airmata di ujung jari,
aku saputangan matahari.
aku saputangan matahari.
Jika kau dalam gaun merah,
aku bekas tangan di perutmu.
aku bekas tangan di perutmu.
Tapi kau juga genangan darah,
ketika aku urung mencintaimu.
ketika aku urung mencintaimu.
Kau cermin terlalu menunggu,
aku wajah yang memurnikanmu.
aku wajah yang memurnikanmu.
Tumpahkanlah tilas semua dara,
sampai jantungmu serimbun bara.
sampai jantungmu serimbun bara.
Kau pemilik hujan sepenuh hari,
aku payung terlampau sembunyi.
aku payung terlampau sembunyi.
Mari, lekaslah kelabui Januari,
sebab aku terkulai ke tepi nyanyi.
sebab aku terkulai ke tepi nyanyi.
Pacar Senja
Joko Pinurbo
Senja mengajak pacarnya duduk-duduk di pantai.
Pantai sudah sepi dan tak akan ada yang peduli.
Pantai sudah sepi dan tak akan ada yang peduli.
Pacar senja sangat pendiam: ia senyum-senyum saja
mendengarkan gurauan senja. Bila senja minta peluk,
setengah saja, pacar senja tersipu-sipu.
“Nanti saja kalau sudah gelap. Malu dilihat lanskap.”
mendengarkan gurauan senja. Bila senja minta peluk,
setengah saja, pacar senja tersipu-sipu.
“Nanti saja kalau sudah gelap. Malu dilihat lanskap.”
Cinta seperti penyair berdarah dingin
yang pandai menorehkan luka.
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.
yang pandai menorehkan luka.
Rindu seperti sajak sederhana yang tak ada matinya.
Tak terasa senyap pun tiba: senja tahu-tahu
melengos ke cakrawala, meninggalkan pacar senja
yang masih megap-megap oleh ciuman senja.
“Mengapa kau tinggalkan aku sebelum sempat
kurapikan lagi waktu? Betapa lekas cium
menjadi bekas. Betapa curangnya rindu.
Awas, akan kupeluk habis kau esok hari.”
melengos ke cakrawala, meninggalkan pacar senja
yang masih megap-megap oleh ciuman senja.
“Mengapa kau tinggalkan aku sebelum sempat
kurapikan lagi waktu? Betapa lekas cium
menjadi bekas. Betapa curangnya rindu.
Awas, akan kupeluk habis kau esok hari.”
Pantai telah gelap. Ada yang tak bisa lelap.
Pacar senja berangsur lebur, luluh, menggelegak
dalam gemuruh ombak.
Pacar senja berangsur lebur, luluh, menggelegak
dalam gemuruh ombak.
Belum ada Komentar untuk " 10 Puisi Cinta Romantis Penyair Ternama | Puisi Terbaik"