15 Puisi Pilihan Penyair Sufi Jalaludin Rumi Terbaik

Siapakah Jalaludin Rumi itu?- Bagi sobat semua yang menyukai puisi ataupun syair islami tentu sudah tidak asing lagi dengan tokoh yang satu ini. Dialah Maulana Jalaluddin Rumi yang terkenal sebagai seorang tokoh sufi yang terkenal di zamannya. Pada kesempatan ini Admin akan memberikan biografi singkat tentang Maulana Jalaluddin Rumi.

Maulana Jalaluddin Rumi memiliki nama lengkap Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. 

Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, ia mampu berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena terancam oleh serbuan Mogol, keluarganya meninggalkan Balkh melalui Khurasan dan Suriah, sampai ke Propinsi Rum di Anatolia tengah, yang merupakan bagian Turki sekarang. Mereka menetap di Qonya, ibu kota propinsi Rum. 

Tahun 1244 M, Rumi bertemu dengan syekh spiritual lain, Syamsuddin dari Tabriz, yang mengubahnya menjadi sempurna dalam ilmu tasawuf. Setelah Syamsuddi wafat, Rumi kemudian bertemu dengan pada Husamuddin Ghalabi, dan mengilhaminya untuk menulisakan pengalaman spiritualnya dalam karyanya monumentalnya Matsnawi-ye Ma’nawi. Ia mendiktekan karyanya tersebut kepada Husamuddin sampai ahir hayatnya pada tahun 1273 M.

Kesufian dan kepenyairan Jalaluddin Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Jalaluddin Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz.

Jalaluddin Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz

Jalaluddin Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba’iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syekh Hisamuddin pula, Jalaluddin Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

Dibawah ini ada 10 puisi pilihan dari Jalaludin Rumi yang bisa sobat simak dan dalami maknanya ya.. Selamat menyimak. 




Hanya Engkau

Dari seluruh semesta,
hanya Engkau saja yang kupilih,
Apakah Engkau akan membiarkanku
duduk bersedih?

Hatiku bagaikan pena,
dalam genggaman tanganmu.

Engkaulah sebab gembiraku,
atau sedihku.

Kecuali yang Engkau kehendaki,
apakah yang kumiliki?

Kecuali yang Engkau perlihatkan,
apakah yang kulihat?

Engkaulah yang menumbuhkanku:
ketika aku sebatang duri,

ketika aku sekuntum mawar;
ketika aku seharum mawar,
ketika duri-duriku dicabut.

Jika Engkau tetapkan aku demikian,
maka demikianlah aku.

Jika Engkau kehendaki aku seperti ini,
maka seperti inilah aku.

Di dalam wahana,
tempat engkau mewarnai jiwaku,
siapakah aku?
apakah yang kusukai?
apakah yang kubenci?

Engkaulah yang Awal, dan kiranya, Engkau
akan menjadi yang Akhir;
jadikanlah akhirku lebih baik,
daripada awalku.

Ketika Engkau tersembunyi,
aku seorang yang kufur;
Ketika Engkau tampak,
aku seorang yang beriman.

Tak ada sesuatupun yang kumiliki,
kecuali yang Engkau anugerahkan;
Apakah yang Engkau cari,
dari hati dan wadahku?

Rumi, Divan Syamsi Tabriz no 30. Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson.


Pukulan dari Langit

Ketika sebuah pukulan dari Langit
menghantam dirimu,
bersiap-siaplah,
karena setelah itu
akan kau terima hadiah penghormatan.

Karena tak mungkin Sang Raja menamparmu,
tanpa memberimu sebuah mahkota
dan sebuah tahta untuk diduduki.

Seluruh alam-dunia hanya senilai
sebelah sayap kutu,
tapi satu tamparan dapat memberimu
ganjaran tak terperi.

Cepatlah lepaskan lehermu
dari rantai emas,
yaitu dunia ini,
dan terimalah tamparan dari Rabb.

Para nabi telah menerima
pukulan seperti itu di leher mereka,
karenanya, kepala mereka tegak.

Karenanya, wahai pencari,
siapkan dirimu,
selalu penuh perhatian:
hadirkan dirimu,
agar Dia temukan engkau di tempatmu.

Jika tidak,
Dia akan ambil kembali
hadiah penghormatan itu,
seraya berkata,
“tak Ku-temukan seorangpun disini.”

Rumi, Matsnavi VI: 1638 – 1643 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson. Juga diterjemahkan Camille dan Kabir Helminski, dalam Rumi: Jewels of Remembrance, Threshold Books, 1996, sumber berbahasa Persia diterjemahkan oleh Yahya Monastra.


Ikutilah

Ikutilah orang yang tak minta balasan. Yang tak ingin bertambah kaya, atau takut rugi. Yang sedikit pun tak berminat, bahkan untuk menjaga citranya: dia orang merdeka.

(Rumi: Rubaiyat, F#116) Penerjemah: Zara Houshmand, ngrumi


Engkau adalah Jalan Cinta

Engkau adalah Jalan Cinta, dan di ujung sana tampak rumahku.

Engkau salah satu sosok di tengah khalayak tapi hanya Engkau yang memakai mahkota.

Kulihat Engkau pada bintang-bintang, pada matahari, pada rembulan.

Juga disini di padang rumput hijau, dan di seberang sana, di atas tahta.

(Rumi, Rubaiyat F#1369) Penerjemah: Zara Houshmand, ngrumi


Wahai yang Teramat Lembut

Wahai yang teramat Lembut, yang menebarkan benih kesetiaan.

Dan menurunkan hujan kebaikan murni ke atas bumi hitam ini:
Tentulah kau paham belaka keadaanku, dimana pun aku berada.

Jangan lagi kau pernah pisahkan aku dengan Cintaku.

(Rumi: Rubaiyat, F#566) Penerjemah: Zara Housmand, ngrumi


Nalar Coba Menguliahi

Majulah nalar, mencoba menguliahi para pencinta.

Bagai penyamun, menyergap di tengah jalan.

Tapi segera disadarinya, tak ada tempat bagi logika di akal para pencinta.

Jadi ia membungkuk menghormat, dan segera berlalu dari hadapan mereka.


(Rumi: Rubaiyat, F#367) Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Zara Houshmand Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh ngrumi.


Bukan Seorang Penyair

Aku bukan seorang penyair, tak kuperoleh nafkah,

Dari situ, atau kupamerkan ketrampilanku, bahkan ku tak memikirkan tentang

Seniku, bakatku ini hanyalah sebuah cangkir,

Yang takkan kuteguk, kecuali jika Kekasihku yang menyajikan.


(Rumi: Rubaiyat, F#1256) Penerjemah ke Bahasa Inggris oleh Zara Houshmand Penerjemah ke Bahasa Indonesia oleh ngrumi.


Rintihan Tawanan Dunia

Mesti berapa lama lagi, kudapati diriku terantai dalam penjara ini, terantai ke dunia ini.

Telah tiba saatnya kuraih kesejatian hidup; dan aku bergerak, berderap, menuju ke kemurnian.

Jika aku bisa tersucikan, dan terbersihkan dari kotoran, seterusnya tiada yang kucari kecuali Dia semata.

Ketika aku diciptakan, telah disediakan untukku semesta dan istana; [1] sungguh aku ingkar jika kuterima jabatan hanya sebagai seorang penjaga pintu. [2]

Jika ku berhasil mengubah sikap seperti penjaga pintu ini, jika ku berhasil mengembalikan akalku kepada kesejatiaannya, bahagia kan datang menggantikan kesedihanku.

Wahai qalb: mengingat ini tentang kita berdua semata, tentang warta yang datang padamu di tengah malam: akan kuikuti pesan itu, sebagaimana yang kau pahami.

Jika nanti sayapku telah kembali tumbuh menggantikan kakiku yang lamban, semua halangan kan kulewati: kembali ku akan mengangkasa, kutembus ruang dan waktu.

Catatan: [1] Apa-apa yang disediakan bagi insan bertakwa. [2] Penjaga pintu, maksudnya, ahli dunia, terpenjara ke dunia ini; tak paham dari mana asalnya hal-hal yang ditemuinya di dunia ini, dan lalu kemana mereka pergi setelah meninggalkannya.

Rumi: Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1391 Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nader Khalili, dalam Rumi: Fountain of Fire, Cal-Earth Press, 1994.


Menanam Jewawut, Berharap Gandum

Kau kerjakan hal-hal buruk tapi berharap ganjaran yang baik.

Amal buruk pantas diganjar dengan balasan yang buruk.

Rabb itu merahmati dan sangat baik hati, tapi sungguhpun begitu

Jika kau tanam jewawut, takkan tumbuh gandum.

(Rumi: Rubaiyat, F#1798) Penerjemah ke Bahasa Inggris oleh Zara Houshmand Penerjemah ke Bahasa Indonesia oleh ngrumi.


Jika tanpa Engkau

Hidup tanpa Engkau adalah sebuah pelanggaran.

Tanpa Engkau, kehidupan macam apa kujalani?


Wahai Cahaya hidupku, setiap kehidupan yang berlalu,

Tanpa Engkau, berarti kematian; Itulah makna hidup bagiku.